Haram tidak ya? Dosa Tidak Ya?

Disini aku memahami dan mengerti kita semua berbeda dan pasti berbeda. Aku tidak bisa memaksa mereka mengikuti apa yang aku mau dan mereka juga tidak bisa memaksakan aku mengikuti apa yang mereka mau. Ya cukup saling menghargai aja sih kuncinya.

Instagram mempertemukan ku dengan Yayasan Satu Keadilan. Awalnya submit karena iseng aja, ternyata diterima untuk mengikuti kegiatan ini. Ini yayasan apa ya? Nanti di brainwash ga ya? Semua pertanyaan kayak bermunculan gitu aja. Coba cari di internet ya ada sih tentang Yayasan Satu Keadilan tapi kan semua bisa ada di internet. Akhirnya nekat lah datang dengan bismillah karena ini merupakan pengalaman pertama training yang Yayasan/komunitas penyelenggaranya aku ga pernah dengar sebelumnya.

Setelah mengikuti training, wah ternyata semuanya benar-benar baru buat aku. Hari pertama training tentang materi-materi yang membuka rasa dan hati tentang perbedaan. Hari kedua kami visit ke tempat ibadah yang lagi-lagi ini pertama kali untuk ku.

‘Gereja’ kata yang selama ini tertanam di pikiran ku haram rasanya untuk menginjakkan kaki di sana. Awal memasuki gereja rasanya takut dosa ga ya, ini haram ga ya tapi aku rasa penasaran akhirnya mengalahkan rasa takut tadi. Aku masuk kesana dan ini memang tempat ibadah biasa, sama seperti masjid tempat kami orang Islam beribadah.

Setelahnya kami mengunjungi Ahmadiyah, aliran agama Islam yang katanya di diskriminasi karena ajarannya yang sesat. Bahkan aku yang Islam dari kecil, baru pertama kali mendengar aliran ini. Menurut ku ini cukup ekstrim karena kami sama-sama Islam tapi paham atau keyakinan dasar yang cukup penting tentang ‘Imam Mahdi’ kami bisa berbeda. Aku masih belum bisa mengerti mengapa kami bisa berbeda.

Disini aku memahami dan mengerti kita semua berbeda dan pasti berbeda. Aku tidak bisa memaksa mereka mengikuti apa yang aku mau dan mereka juga tidak bisa memaksakan aku mengikuti apa yang mereka mau. Ya cukup saling menghargai aja sih kuncinya.

Tentang Penulis:
Putri Nurul Ulfa, kuliah di STIE Triguna Bogor, melalui media sosial dan temannya, ia ikut pelatihan Penggerak Perdamaian dengan harapan ingin berkontribusi untuk perdamaian dunia khususnya di Bogor. Sekarang, Putri menambah aktivitas positifnya lewat komunitas Gerakan Penggerak Perdamaian.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *