Penyesalan Surip yang Ikut Menyerang Markas Jemaat Ahmadiyah
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Ada beberapa hal menarik pada acara religious tolerance roundtable discussion yang digelar Yayasan Satu Keadilan bersama Search for Commonground bertema ‘Mengurai Problematika Pembangunan Rumah Ibadah Dan Hak Untuk Beribadah Di Bogor Raya dan Depok’ Rabu 22 Februari 2023 pekan lalu.
Diskusi itu menampilkan Direktur Eksekutif Setara Institute Halili Hasan dan Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama RI Wawan Djunaedi sebagai narasumber.
Acara diskusi dihadiri sejumlah kelompok masyarakat. Ada juga dari warga Jemaat Ahmadiyah.
Pada sesi tanya jawab salah seorang peserta diskusi yakni Surip yang berasal dari Desa Jampang Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor menyampaikan permohonan maaf kepada Jemaat Ahmadiyah.
Apa alasannya?
Dalam penuturannya, Surip mengaku menjadi salah satu massa yang ikut menyerang Kampus Mubarak di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, yang merupakan markas Jemaat Ahmadiyah. Seingat Surip penyerangan dilakukan pada tahun 1995.
“Jadi kalau di sini (forum diskusi, -red) ada yang Ahmadiyah saya mohon maaf karena waktu itu saya enggak tahu. Pokoknya ada info kalau Ahmadiyah itu naik haji di Kampus Mubarak, ada nabinya di situ (Kampus Mubarak) kita serang,” ucap Surip meminta maaf di forum diskusi.
Usai diskusi saya menyempatkan mewawancari Surip.
Surip mengatakan pada tahun 1995 di hari Jumat dia dan sejumlah massa menyerang Kampus Mubarak. Surip mengaku terprovokasi.
“Di Kampus Mubarak ada nabi muhammad, di situ (Kampus Mubarak) mereka naik haji. Kami jalan kaki dari Jampang semua ke Kampus Mubarak. Yang namanya spontan begitu orang ikut ya ikut aja,” ujar Surip seraya mengingat kejadian waktu itu.
Dalam diskusi itu, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag RI Wawan Djunaedi sebagai narasumber juga membedah 12 butir pernyataan Jemaat Ahmadiyah yang dikeluarkan PB JAI tahun 2008.
12 Butir Pernyataan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yakni
- Kami warga Jemaat Ahmadiyah sejak semula meyakini dan mengucapkan dua kalimah syahadat sebagaimana yang diajarkan oleh Yang Mulia Nabi Muhammad Rasulullah SAW, yaitu Asyhaduanlaailaaha illallahu wa asyhadu anna Muhammadar Rasullulah, artinya: aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah.
- Sejak semula kami warga jemaat Ahmadiyah meyakini bahwa Muhammad Rasulullah adalah Khatamun Nabiyyin (nabi penutup).
- Di antara keyakinan kami bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang guru, mursyid, pembawa berita dan peringatan serta pengemban mubasysyirat, pendiri dan pemimpin jemaat Ahmadiyah yang bertugas memperkuat dakwah dan syiar Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW.
- Untuk memperjelas bahwa kata Rasulullah dalam 10 syarat bai’at yang harus dibaca oleh setiap calon anggota jemaat Ahmadiyah bahwa yang dimaksud adalah nabi Muhammad SAW, maka kami mencantumkan kata Muhammad di depan kata Rasulullah.
- Kami warga Ahmadiyah meyakini bahwa:a. Tidak ada wahyu syariat setelah Al-Quranul Karim yang diturunkan kepada nabi Muhammad.
b. Al-Quran dan sunnah nabi Muhammad SAW adalah sumber ajaran Islam yang kami pedomani.
- Buku Tadzkirah bukanlah kitab suci Ahmadiyah, melainkan catatan pengalaman rohani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang dikumpulkan dan dibukukan serta diberi nama Tadzkirah oleh pengikutnya pada 1935, yakni 27 tahun setelah beliau wafat (1908).
- Kami warga jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan mengkafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah, baik dengan kata maupun perbuatan.
- Kami warga jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan menyebut Masjid yang kami bangun dengan nama Masjid Ahmadiyah.
- Kami menyatakan bahwa setiap masjid yang dibangun dan dikelola oleh jemaat Ahmadiyah selalu terbuka untuk seluruh umat Islam dari golongan manapun
- Kami warga jemaat Ahmadiyah sebagai muslim melakukan pencatatan perkawinan di Kantor Urusan Agama dan mendaftarkan perkara perceraian dan perkara lainnya berkenaan dengan itu ke kantor Pengadilan Agama sesuai dengan perundang-undangan.
- Kami warga jemaat Ahmadiyah akan terus meningkatkan silaturahim dan bekerja sama dengan seluruh kelompok/golongan umat Islam dan masyarakat dalam perkhidmatan sosial kemasyarakat untuk kemajuan Islam, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
- Dengan penjelasan ini, kami pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia mengharapkan agar warga Jemaat Ahmadiyah khususnya dan umat Islam umumnya serta masyarakat Indonesia dapat memahaminya dengan semangat ukhuwah Islamiyah, serta persatuan dan kesatuan bangsa.
Jakarta, 14 Januari 2008
PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Usai diskusi itu, Surip mengaku kaget. Ternyata Jemaat Ahmadiyah tidak seperti yang dia bayangkan sebelumnya.
“Yang saya pahami waktu itu, Ahmadiyah itu nabi Muhammad nya di Kampus Mubarak. Tapi setelah ikut diskusi kok jauh (beda) banget gitu hlo. Kalau begitu saya bersalah dong. Makanya saya cari tadi ada enggak orang Ahmadiyah di sini,” terang Surip.
Surip merasa berdosa karena telah salah paham soal Jemaat Ahmadiyah.
“Tadi saya merasa berdosa. Sekian tahun kan saya gak pernah tahu ceritanya Ahmadiyah. Sekarang saya sudah ikut Banser NU. Pokoknya saya baru denger di sini kok begini Ahmadiyah gitu aja saya langsung spontan nyari Ahmadiyah bahwa dulu saya bersalah. Makanya saya minta maaf,” terang Surip. [] Hari
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!